“BELAJAR MENULIS, BELAJAR BERKARYA DAN BELAJAR MELUKIS PERADABAN”
Tahukah kalian menulis?
Ia Menulis, mm ituloh megang pulpen trus kita membuatnya menari diatas kertas
dan menjadikanya sebuat kata, dari kata akan lahir sebuah kalimat dan dari
kalimat akan membentuk sebuah paragraf atau jangan-jangan menulis itu adalah
membuat jari kita beradu dengan keyboard PC terus di monitor tampillah sebuah
kata-kata. Apapun itu menulis merupakan pendidikan awal yang kita terima pada
saat pendidikan dasar. Kita diajarkan menulis oleh guru SD atau TK kita sambil
diajarkan membaca. Setiap sudut pandang memaknai menulis dengan
makna yang berbeda-beda. Ada yang memaknakan tulisan sebagai ungkapan perasaan,
ada yang memaknakan tulisan sebagai hobi ada juga yang menjadikannya sebagai
profesi. Namun, yang kita bahas bukan
hanya sekedar menulis tetapi yang akan kita bahas adalah bagaimana cara
menulis. Sebelum kita mengetahui bagaimana cara menulis, kita perlu mengetahui
hakikat dari menulis.
Menulis secara harfiah
berasal dari kata dasar yaitu “tulis” yang menurut KBBI ada huruf (angka) yang
dibuat (digurat) dengan pena (pensil atau cat). Menulis dan mengarang sebenarnya dua kegiatan yang sama karena
menulis berarti mengarang kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi
paragraf, menyusun paragraf menjadi tulisan kompleks yang mengusung pokok
persoalan. Menulis merupakan sebuah proses kreatif
menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi
tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah
karangan atau tulisan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama
meskipun ada pendapat mengatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian
yang berbeda. Menulis sebagai keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam
mengemukakan gagasan pikirannya kepada orang atau pihak lain dengan
dengan media
tulisan. Setiap penulis pasti memiliki tujuan dengan tulisannya antara lain
mengajak, menginformasikan, meyakinkan, atau menghibur pembaca.
Menulis
adalah kegiatan yang sangat penting, ditinjau dari pengertian-pengertian
menulis tersebut kita bisa saja menyimpulkan bahwa kegiatan menulis dapat
disebut kegiatan dalam menghasilkan sebuah karya, bagaimana tidak, dengan
menulis dunia akan tahu kita punya sebuah pemikiran, pendapat, gagasan dan ide
yang kita sampaikan. Dalam hal ini, karya tulisan kita tidak disimpan begitu
saja dalam hardisk atau dalam buku
harian melainkan kita menyampaikannya di berbagai media atau literatur yang
ada. Seseorang dapat disebut memiliki karya apabila ia mampu menyampaikannya
kepada khalayak ramai. Keturunan kita maupun anak cucu kita bisa saja mengenal
hanya dapat mengenal kita lewat karya tulisan kita saja.
Kegiatan
menulis tersebut dapat melukiskan sebuah peradaban. Nah loh? Menurut pembaca sekalian mungkin kata-kata
saya agak berlebihan tapi cobalah kita tengok beberapa fakta yang mungkin dalam
tulisan ini anda baru mengetahuinya. Masih ingatkah anda dengan pelajaran
sejarah sewaktu SD atau SMP? Pada awal materi pelajaran tersebut kita diberikan
pemahaman bahwa sejarah dibagi berdasarkan tulisan. Tulisan membedakan antara
zaman prasejara dan zaman sejarah. Zaman prasejarah merupakan aman yang
ditandai dengan belum dikenalnya tulisan sebagai alat komunikasi sedangkan
zaman sejarah merupakan zaman telah dikenalnya tulisan. Jika kita menganggap
kita tidak bisa membuat tulisan atau kita tidak mampu menghasilkan sebuah karya
yang bernama tulisan, lalu apa bedanya kita dengan manusia prasejarah? Oleh
karena itu, sangat penting bagi kita untuk belajar menulis.
Dengan
menulis kita dapat mengetahui setiap peradaban yang telah terlewatkan begitu
saja atau setiap sejarah yang telah berlalu. Tulisan dapat menjadi bukti bahwa
sejarah tersebut dapat terjadi. Misalnya saja, Kisah
Ken Arok banyak ditulis dalam kitab Pararaton yang ditulis sekitar abad ke-15
yang memuat kisah raja-raja Singosari dan Majapahit atau Negarakertagama, karya
Mpu Prapanca yang menceritakan banyak hal penting diantaranya tentang silsilah
raja-raja Majapahit, Candi Makam Raja, keadaaan kota raja, upacara Sradha, wilayah
kerajaan Majapahit, negara-negara bawahan Majapahit serta hal-hal lainnya.
Kedua karya tersebut
walaupun berisi cerita secara tidak langsung memberikan kita gambaran dan
menceritakan kita kisah sejarah yang benar-benar terjadi. Bagaimana jika kedua
karya ini tidak disampaikan melalui kitab atau tulisan? Kita tidak akan pernah
tahu kisah-kisah yang mengandung sejarah tersebut dengan sebenarnya sesuai
dengan sumbernya karena penyampaian lewat mulut ke mulut tidak menutup
kemungkinan terjadi perbedaan sedikit demi sedikit dari sumber aslinya.
Bagi
seorang saintis referensi dari buku-buku atau kitab-kitab. Bagi para ilmuan
apabila ia telah menemukan sebuah teori atau sebuah penemuan, dunia tidak akan
pernah tahu bahwa dia yang menemukan karya tersebut bila tidak mematenkannya
dalam sebuah tulisan. Beberapa ilmuan yang terkenal seperti Ibnu Sina dimana
tulisannya atau bukunya merupakan referensi utama bagi kedokteran moderen, Ibnu
Al-Haithami yang awalnya ia merupakan seorang arsitektur yang dipenjara menemukan
tentang pengobatan mata katarak dan menuliskan bukunya dipenjara atau dalam
ilmu biologi sendiri Hukum Mendel, ilmu genetika mungkin saja tidak pernah ada
jika Gregor Johand Mendel tidak berani mengungkapkan tentang Hukum Mendel I dan
II dalam sebuah makalahnya. Meskipun teorinya ditolak beberapa kali, setidaknya
tulisanya menjadi bukti sehingga mendorong ilmuan lain untuk mengembangkannya.
Para ilmuan tentu saja membuat tulisan untuk menyampaikan apa yang ditemukannya
pada masa lalu, apa jadinya tanpa tulisan? Kita tidak akan mendapatkan
referensi dan sumber walaupun sebenarnya percobaan itu telah dilakukan
dimasalalu.
Adanya
pembagian sejarah, kisah-kisah yang diceritakan dalam kitab maupun para ilmuan
yang diceritakan cukup memberi bukti bahwa dengan menulis kita dapat melukiskan
sebuah peradaban, sebuah rentan waktu dimana ilmu itu berkembang, sebuah kisah
bagaimana kerajaan itu maju. Masih banyak lagi hal yang dapat diluiskan dengan
menulis hanya saja kami terbatas pada lembaran tulisan yang dibuat. Bahkan
saking pentingnya menulis, seorang ulama pernah mengatakan bahwa dalam
peradaban islam di warnai oleh dua warna yaitu merah dan hitam dimana merah
adalah darah para syuhada dan hitam adalah tinta para ulama.
Melihat
pentingnya menulis mungkin saja telah timbul dalam diri anda untuk mengetahui
cara-cara untuk menulis. Perlu diketahui bahwa menulis bukanlah suatu bakat
yang dimiliki oleh seseorang melainkan sebuah keterampilan yang dapat diasa.
Menulis juga dapat terlahir dari hal yang terduga misalnya saja penulis novel
terkenal Harry potters yaitu JK. Rowling. Sejak kecil,
wanita ini memang sudah memiliki kegemaran menulis. Bahkan di usia 6 tahun, ia
sudah mengarang sebuah cerita. Kebiasaan ini terus dipelihara hingga ia dewasa.
Sejak perceraian dengan suaminya, ia menjadi ibu tunggal yang harus menghidupi
anak-anaknya dalam kondisi serba kekurangan. Ia merasa kemampuan menulisnya
mungkin bisa menjadi jalan keluar untuk hidupnya yang sulit, tetapi ia tak
mempunyai fasilitas yang memadai. Ia tidak memiliki komputer, dan hanya
memiliki mesin tik tua. Ia juga tak mempunyai uang, bahkan hanya untuk membayar
foto kopi. Maka penulis ini terpaksa mengetik
ulang naskah yang sama hingga beberapa kali agar bisa diserahkan ke beberapa
penerbit.
Buku yang dibuatnya
adalah Harry Potter. Buku Harry
Potter telah terjual lebih dari 400 juta kopi. Dan
dia menjadi penulis dengan penjualan terbanyak dalam sejarah. Padahal 15 tahun
sebelumnya, pada tahun 1995, dengan susah payah ia terpaksa menyalin naskah
dengan mengetik ulang menggunakan mesin ketik manual. Naskah yang selesai
dengan susah payah tersebut tidak lantas langsung diterima dan meledak di
pasaran. Berbagai penolakan dari pihak penerbit harus ia alami
dahulu.Keberhasilan Harry Potter adalah hasil dari sikap pantang menyerah
dan kerja keras yang luar biasa. Melihat dari
pegalaman jk. Rowling kita tidak memerlukan bakat yang
luar biasa untuk menulis, jika kita ingin menulis maka ada cara yang ditempuh
yaitu kemauan dalam 3M, Menulis, Menulis, dan Menulis.
Perlu
ditekankan bahwa menulis bukan hanya sekedar menulis, kita butuh keterampilan
membaca untuk itu ada seorang penulis yang mengatakan bahwa penulis yang baik
adalah seorang pembaca yang baik akan tetapi seorang pembaca yang baik belum
tentu seorang penulis yang baik. Membaca menjadi sangat diperlukan dalam hal
menemukan referensi dalam tulisan kita karena tidak menutup kemungkinan kita
sangat terbatas dalam meyakinkan pembaca akan tulisan kita (Sarah Al-Mustanirah).
1 komentar:
Mantap.....bagus plotnya....dimulai dari pengertian, contoh, harapan, dan saran....keren juga...kayaknya cocok untuk menjadi buku pengantar belajar menulis
Posting Komentar