TANPAMU

dear, sebenarnya aku bingung ingin bercerita apa padamu, perpisahan kita berdua meninggalkan banyak kisah. dan yang paling ku sesalkan adalah ketika aku sangat berharap menyaksikan bagaimana suka duka berjuang sendirian. yah, tanpamu aku merasa sangat kesepian, sendirian dan bukan apa-apa

kau selalu menang dan selalu benar. aku akui itu aku tanpamu aku rapuh. waktu begitu jahat yah, tak memberikanku kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahanku dan menunjukkan padamu bahwa aku "sedikit" berubah.


tanpamu, aku mengerti bagaimana arti perjuangan yang sesungguhnya. perjuangan melawan hal yang kecil, misalnya sikap egois dan apatisku, hingga yang tersulit bagiku yaitu, berbicara baik-baik pada ayah.

mama, ini bukan karena aku mengeluh, bukan,, bukan sama sekali.
hanya saja segumpal rindu yang tertanam sangat sulit ku kendalikan. ia bagaikan segumpal tumor yang ketika kambuh rasanya sakit sekali. perasaan ini sulit untuk ku tikam ketika muncul.

maaf, aku telah berjanji untuk tidak menangis lagi, tapi untuk kesekian kalinya aku menangis ketika berada di dekat pusara mu, atau sekedar menatap fotomu,

sayang sekali banyak kisah yang kau lewatkan ketika engkau pergi untuk selamanya. dan sekali lagi kau benar dan kau menang, aku adalah anak yang paling lemah yang pernah kau temui. aku ingin sekali berbagi kisah denganmu, walau hanya dalam dunia maya, walau hanya dalam catatan sederhana, perkenankan aku menguraikan sebagian besar yang ingin ku tuangkan.

sehari kau pergi

kau ingat ma, semalam sebelum kau meninggalkanku, aku meminta izin padamu. izin yang sederhana, tapi dengan izin itu aku merasa kau bunda terbaik yang kumiliki. izin terakhir adalah "menutup aurat".
hahaha... kau bahkan tertawa ketika dengan malu dan ragu ketika aku meminta izin. "jika itu yang terbaik untukmu, lakukanlah tak perlu kau tanyakan lagi. aku percaya padamu"
itu izin terindah dan terakhir yang kau berikan padaku. kau tahu itu juga yang membuatku bertahan sampai sekarang.

hari itu, ketika nyawamu benar-benar terpisah dari jasadmu. aku terus menangis, aku tak ingin bicara dengan siapapun itu...
kau membangunkanku untuk makan sahur. berdiri lama depan pintu. wajahmu memang agak berubah saat itu, sedih pucat. dan,,, tatapan itu masih kuingat, tatapan yang takut kehilangan. tapi mau dikatakan apalagi hancur hati ketika mendengar bahwa kau telah meninggal, apalagi ketika mereka bilang kepalamu hancur, matamu hilang dan tubuhmu terluka parah. itu membuatku sangat sakit... sangat-sangat sakit.
kau tahu? aku tak bisa membayangkan seorang yang membesarkanku selama 17 tahun, menyusuiku, menyuapiku, menimangku sewaktu kecil hidupnya berakhir seperti itu.
jujur saja, aku tak bisa terima. kau sungguh baik kau tak pantas pergi seperti itu, tapi dari itu semua aku belajar. bahwa Allah SWT Maha Mengetahui aku mampu tergar. dan aku minta maaf aku tak sempat menatapmu untuk terakhir kalinya. bukan karena aku tidak ingin. aku tak mau membayangkanmu wafat dengan wajah yang tak utuh. dan ucapanku adalah terima kasih kau telah menyiapkan sahur untuk terakhir kalinya


Tiga hari kemudian
malam tahziah itu, aku sangat membutuhkanmu untuk membelaku, mereka menuduhku yang bukan-bukan.
pakaian yang kukenakan ketika mendapatkan izin darimu ditentang mereka. dan malam itu aku benar-benar merasa sendiri belum kering luka itu, disiram pula dengan air garam.
mereka bilang pakaianku terlarang, mereka bilang ini dan itu. kau tahu bu, aku sangat tak ingin memakainya. tapi aku hanya ingin TAAT dan bentuk ketaatanku adalah menaati perintah-Nya untuk menutup aurat. 
kau benar, mereka tak sebaik yang kukira...


SEBULAN KEMUDIAN
aku mulai sekolah, aku harus bangun pagi-pagi, membersihkan dan mencuci, menyiapkan pakaian adik-adikku yang mulai sekolah. Jika kau menyaksikan, mungkin aku anak yang paling payah dalam urusan itu, setiap kali bergerak setiap itu juga aku menangis. aku merindukanmu, aku mungkin tak sesulit ini jika kau masih ada.
dan kini aku paham, aku sedikit merasakan lelah yang pernah kau rasakan. maaf ketika dulu aku sangat meremehkan apa yang kau kerjakan. kau ibu yang luar biasa. 

tapi bukan itu yang menjadi puncak kesedihanku. 
jika kau menyaksikan mungkin kau akan menangis. aku dituduh teroris, setiap pagi aku terlambat pergi kesekolah, aku disuruh melepaskan pakaianku, semua keluarga tak ada yang percaya padaku. aku sediri ma, aku sangat sangat sendiri waktu itu, setiap pagi aku dimarahi. bahkan tak pergi sekolah karena ditampar.
aku tak menyalahkan bapak, aku paham sekali bagaimana perasaan seorang ayah ketika anaknya mulai berubah, apalagi ketika istrinya telah tiada, tapi aku juga tak ingin membiarkannya ikut terseret kedalam api neraka karena anak gadisnya lalai mempertontonkan auratnya.
dan parahnya lagi untuk pertama kalinya aku masuk ke ruang BK karena telfon dari keluarga, aku dilarang masuk rohis, dan dipaksa melepaskan jilbabku,
aku sangat lemah, aku tak mampu bertahan. sangat sulit untuk keluar, tapi keadaan memaksaku untuk keluar,,

SETENGAH TAHUN KEMUDIAN
aku semakin gila, sedikit-demi sedikit, selangkah demi selangkah pelanggaran ku lakukan,
salah satunya PACARAN meski dua hari, itu menimbulkan dosa yang tak terbilang.

belum lagi musyrifah yang ku dzolimi, Astagfirullah. setan apa yang menguasaiku saat itu. aku ingin kembali seperti dulu, aku ingin TAAT, aku ingin kembali kebarisan. 
dan, aku diam-diam kembali lagi masuk kedalam rohis dan memulai halqoh kembali.
sebentar saja bapak tahu. dan kau tahu apa yang terjadi, dia sangat sayang padaku, dan aku sangat gagal meyakinkanya. aku berlutut depannya dan memohon untuk menimba ilmu lagi.
aku berusaha untuk menjelaskannya dan meminta kesempatan untuk membuktikan bahwa selama ini aku benar.
dan....
aku berhasil, aku kembali dalam barisan, 
itu adalah momen terindah yang pernah kurasakan,,, perjuangan paling sederhana
dan sejak itu aku berjanji untuk tidak melakukan kesalahan lagi.


SETAHUN KEMUDIAN
Aku diterima di Universitas yang kau inginkan dan jurusan yang kau harapkan, meskipun dulu kau sangat ingin aku menjadi dokter, tapi bukankah kau tak melarangku mengambil jurusan BIOLOGI bukan?
tapi jujur, aku sangat tersiksa saat itu sampai sekarang. jarak ke kampus terlalu jauh, belum lagi tanggung jawabku dirumah dan setiap hari tugas dikampus menumpuk.
aku menghabiskan waktu kurang lebih 1 setnngah jam diperjalanan dan pulang malam. 

tapi disana aku merasa ditempa. Aku paham Allah menginginkanku menjadi makhluk yang kuat, karena aku paham ketika Dia mencintai makhluknya maka Allah akan memberinya cobaan, bukan untuk menghalangi dalam mencapai tujuan melainkan agar hamba-Nya menjadi lebih kuat.
dan sekarang aku sedang berproses, aku menemukan banyak saudara disana, dan yang paling penting aku dilatih agar menjadi mahasiswa BIOLOGI yang tidak abal-abalan hahaha..

mungkin itu dulu yang bisa kuceritakan 
BAHAGIA itu adalah ketika Kau tersenyum menyaksikanku Berjuang dari sana.
Tunggu aku, aku takkan lama, sentar lagi,
Ich kann nicht dich vergessen, Meine Mutter :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar